Pergerakan Indonesia haruslah suatu pergerakan yang mencari tenaganya di dalam kalangan Kang Kromo dan Kang Marhaen saja, oleh karena Indonesia hampir melulu mempunyai kaum kromo dan kaum Marhaen belaka! Di dalam tangan kaum Kromo dan kaum Marhaen itulah terutama letaknya nasib Indonesia, di dalam organisasi kaum kromo dan kaum Marhaen itulah terutama letaknya nasib Indonesia, di dalam organisasi kaum kromo dan kaum Marhaen itu terutama harus dicari tenaganya. Diantaranja ia masuk dalam partai organisasi I.N.I. PNI teguh di dalam keyakinannya, bahwa dengan adanya pertentangan kepentingan itu tidak ada satu jajahan yang bisa membereskan semua pergaulan hidupnya dengan sempurna, kalau pertentangan kepentingan itu belum berhenti adanya, – yakni kalau jajahan itu belum berhenti menjadi jajahan! Pada satu waktu saya sampai kepada satu saat yang saya memerlukan satu nama umum bagi sernua yang kecil-kecil ini. Hanya dengan massa-aksi yang sebagai banjir yang mahakuasa dan tak dapat dicegah majunya., massa-aksi yang sebagai gelombang melimpahi seluruh Indonesia, dari Aceh sampai ke Fak-fak, hanya dengan massa-aksi yang begitu, pembentukan kekuasaannya bisa menjadi kekuasaan yang sebenar-benarnya. Ja, Tuan-tuan Hakim, sampai ini hari kami belum mengarti apa djeleknja melarang menètèskan getih-walauhanja- setetes, sampai ini hari misihlah suatu teka-teki bagi kami djahatnja propaganda sajang akan darah manusia!
Dengan memberantaas rasa kurang karat itu, maka PNI menaruh salah satu syarat yang terpenting bagi politiknya “percaya pada diri sendiri”, “bekerja sendiri untuk sendiri”, – yakni syarat bagi politiknya “self-reliance” atau “self-help”! Tuan-tuan tentu mengerti bahwa perasaan “memang kurang karat” atau perasaan inferioriteit itu adalah racun bagi kemajuan tiap-tiap bangsa, rem yang sejahat-jahatnya bagi gerak suburnya atau evolusi tiap-tiap rakyat. Dus, imperial-isme Inggris ke India itu terutama sekali adalah imperialisme dagang. Bukan, sekali lagi bukan! Tak lain tak bukan, – dengan massa aksi! Dengan badan lahir yang sebagai raksasa itu, dengan urat saraf empat shakti sebagai yang tadi tadi kami terangkan, dengan nyawa nasionalisme yang berkobar-kobar di dalam kalbu maka sepanjang idam-idaman PNI pembentukan kekuasaannya menjadilah sebagai Krishna Tiwikrama, – hebat, tidak teralahkan! “mission sacree” itu hanyalah benar di dalam lahirnya saja, hanya. Revolusi Indonesia dan di sinipun saya pakai perkataan revolusi itu dalam arti yang seluas-luasnya, dus, jangan hanya berpikir dalam istilah 17 Agustus ’45, tetapi berpikirlah dalam istilah sebagai yang saya uraikan dalam pidato 20 Mei yang lalu, istilah gerakan nasional seluruhnya, revolusi Indonesia adalah revolusi seluruh rakyat.
Kami menjadilah kini rakyat yang mengira, ya, percaya, bahwa kami memang adalah rakyat yang “inferieur”. Kesempatan pada pertemuan-pertemuan tertentu, pada pesta-pesta kawin, pada malam hiburan dibidang kematian, pada pekerjaan gotong royong yang biasa dikenal dengan mapalus ( mapalus tenaga, mapalua uang atau arisan). Massa-aksi yang demikian hebatnya itulah yang diidam-idamkan oleh PNI, massa-aksi yang hebat dan mahakuasa, yang juga menggetarkan seluruh tubuhnya rakyat dan juga mengelektrisasi sekujur badannya bangsa, – massa aksi yang bergelombanggelombang menuju ke arah maksudnya, tidak dengan bermaksud – iseng-iseng langgar-langgaran undang-undang sebagai yang dituduhkan kepada kami dalam proses ini, tidak pula dengan senjata bom atau bedil atau gas racun atau “ramai-ramaian” apapun juga, melainkan hanyalah dengan senjata semangat yang berupa nasionalisme beserta empat urat saraf itu tadi saja, sebab senjata semangat ini, asal sudah cukup mengasahnya, sudah bisalah membikin kami mahasakti dan tak dapat ditundukkan, yakni bisa membangkitkan desakan “kekerasan batin”, moreel geweld, yang mahabesar, sehingga maksud kami tentu dapat tercapai! Hanya dengan massa-aksi yang demikian itulah, menurut keyakinannya, pembentukan kekuasaannya bisa menjadi sempurna. Politik asosiasi adalah bertentangan dengan faham kepribadian ini, politik asosiasi adalah mengeruhkan keadaan.
Karakternja pergerakan kita adalah “nationale bevrijdingsbeweging èn hervormingsbeweging tegelijk”, jakni pergerakan jang berusaha untuk kemerdekaan Indonesia dan untuk perbaikan-perbaikan jang kiranja bisa tertjapaikan sekarang djuga. Disamping itu, ia pernah pula mendjadi Pengatjara dan Proeureur jang kemudian selaku Penasihat Sekolah Tionghoa di Pangkal pinang. PNI memang didirikan di dalam tahun 1927, memang anti-imperialisme, memang suatu partai massa, memang suatu partai yang kromoistis dan marhaenistis, memang dikhawatirkan oleh dr. Adakah di dalam massa-aksi SDAP pada waktu itu, tatkala puluhan, ratusan ribu manusia bergerak, bom-boman atau dinamit-dinamitan, pengrusakan keamanan umum, pelanggaran kekuassan pemerintah? Bukan pelanggaran hukum atau revolusi, – tetapi suatu massa-aksi yang aman tetapi hebat, suatu massa-aksi yang teratur tetapi dahsyat, sebagai misalnya massa-aksi SDAP tatkala dua puluh tahun yang lalu, berjuang merebut hak pilih umum. Adakah SDAP di dalam massa-aksi untuk hak pilih itu mengalirkan darah, adakah pemimpin-pemimpinnya kena hukuman lantaran melanggar pasal ini atau pasal itu? Sebab tadi sudah kami terangkan, bahwa di dalam tiap-tiap negeri jajahan ada pertentangan kepentingan antara kaum imperialisme dan Bumiputra, di atas tiap-tiap lapangan, baik lapangan ekonomi, maupun lapangan sosial, baik lapangan politik maupun lapangan apa saja pun. Kami sudah menerangkan pula urat-urat dan saraf-saraf pembentukan kekuasaan itu, yakni persatuan Indonesia, memerangi kemunduran akal budi rakyat, memberantas perasaan rendah diri, menjalankan politik antitesa.